Sebagai anak yang sedang menjelma
menjadi mahasiswa, yang mana diatas telah kita pelajari bahwa mahasiswa harus
mandiri, bukan pula berarti memaknai kemandirian itu kita benar-benar lepas
dari orang tua dan keluarga. Melainkan kemandirian yang dimaksud adalah
berupaya untuk senantiasa tidak merepotkan, tidak membebani dan tidak membuat
orang tua merasa kewalahan dengan sikap-sikap dan kebutuhan-kebutuhan kita
sebagai mahasiswa, baik kita tinggal bersama dengan mereka atau terpisah
berjauhan.
Kendati demikian, tetap harus
kita sadari bersama bahwa diatas kemandrian yang tengah kita pelajari dan
biasakan pada diri kita sehari-hari, jangan sesekali kita merasa karena sudah
mandiri sehingga tidak lagi membutuhkan orang tua dan keluarga. Tentu ini
adalah sebuah kekeliruan dan kerugian besar untuk kita. Melainkan sekalipun
kita sudah merasa mandiri, baik yang berjauhan atau yang terus berdekatan bersama
orang tua dan keluarga. Tugas selanjutnya adalah kita harus tetap selalu dekat
dan senantiasa berada untuk mereka. Sebagai mahasiswa yang baik dan paripurna,
dengan kemandirian yang kita punya, kita harus senantiasa dekat dan selalu ada
untuk orang tua dan keluarga baik ketika jauh (ngekost) terlebih ketika kita
bersama (tinggal dirumah bersama).
Karena tidak sedikit diantara
kita yang dekat dengan keluarga (pulang pergi kampus - rumah) ternyata dia
merasa jauh dengan keluarganya padahal satu rumah. Atau sebaliknya yang
berjauhan (ngekost dan lainnya) tetapi dia sangat dekat dengan keluarganya.
Maka termasuk yang manakah diri kita? Tinggal di rumah tetapi seperti jauh
bersama keluarga, rumah hanya sekedar ganti baju, makan dan tidur, selebihnya
pergi kampus dan bahkan hampir tidak pamit kecuali meminta jatah jajan. Atau
kita berada pada kejauhan, di negeri rantau dimana kampus kita berada, tetapi
selalu dekat dengan orang tua dan keluarga meskipun tidak pernah bertemu. Tentu
keduanya adalah lebih baik ketika kita terus mengupayakan untuk selalu dekat
dengan keluarga baik berada dalam kejauhan (ngekost) terlebih berdekatan
(tinggal dirumah bersama). Yang harus kita waspadai adalah ketika kita berada
dalam kejauhan, tetapi tidak mengupayakan dekat dengan orang tua dan keluarga,
kita merasa sudah bisa mandiri sehingga melupakan mereka, ini adalah sebuah
bahaya dan akan menjadi kerugian besar.
Yang dimaksud selalu dekat dengan
keluarga disini adalah, keterikata hati kita kepada keluarga, selalu menghargai
dan mengakui keberadaan mereka, berkasih sayang dan menegur sapa dengan
kehangatan, serta sikap baik lainnya yang membuat hati dan pikiran antara kita
dan keluarga merasa nyaman dan tidak ada kekhawatiran. Maka yang harus kita
lakukan adalah, berdekatan atau berjauhan kita harus selalu dekat dengan orang
tua dan keluarga. Itulah sikap yang senantiasa harus kita jaga sebagai seorang
mahasiswa paripurna.
Kedekatan yang kita miliki dapat
memudahkan dan melancarkan segala urusan dan upaya kita. Karena kedekatan ini
akan menjadi sebuah kekuatan dan doa untuk segala urusan kita, sedangkan salah
satu doa terbaik untuk kita adalah doanya orang tua dan orang-orang terdekat.
Jangan sampai karena kita merasa mandiri, kita tidak lagi membutuhkan doa-doa
mereka. Jangan sampai pula karena kita tidak dekat (bersikap tidak baik) kepada
orang tua dan keluarga, mereka enggan dan tidak ingin mendoakan untuk segala
urusan kita. Maka teruslah dekat dengan mereka, dimanapun berada, baik sedang
bersama maupun tidak. Karena jika kita sudah dekat dan selalu berbuat baik
dengan mereka, tanpa meminta apapun, baik itu doa atau sesuatu yang lainnya,
dengan sendirinya kita akan diberi dan didoakan. Semua itu karena kedekatan
kita terhadap mereka.
Saya punya kisah perihal ini,
saya adalah mahasiswa yang termasuk jauh dan juga sangat jarang pulang, tetapi
saya pernah dibuat terharu oleh keluarga saya, yaitu mereka (kakak-kakak saya)
dengan tanpa sepengetahuan saya melakukan penggalangan dana untuk membelikan
sesuatu untuk saya, katakanlah pakaian. Karena pernah saya pulang dengan
menggunakan baju dan celana yang biasa saya pakai kalau pulang, ternyata mereka
memperhatikan hal itu dan beranggapan kalau saya tidak lagi memiliki pakaian
hanya itu-itu saja, maka patunganlah mereka untuk memebelikan saya pakaian
baru. Padahal memang dasarnya saja saya tidak ingin memiliki baju dan celana
yang banyak, buat apap juga punya banyak-banyak kalau tidak dipakai. Secukupnya
saja, yang terpenting selalu upayakan rapih. Makanya kalau saya mengumpulkan
foto-foto kegiatan, dimanapun tempatnya baju yang saya pakai tidak banyak
berbeda, hampir sama, dan memang masih baju yang sama. Hal itu juga untuk
meringankan pekerjaan nyuci di perantauan, biar kita bisa lebih banyak
mengerjakan hal yang lainnya ketimbang nyuci terus. Cukuplah celana itu kita
punya dua, dan bajunya lima, selebihnya berikan kepada yang membutuhkan.
Kisah diatas yang saya alami
merupakan hasil dari sebuah kedekatan saya kepada mereka. Sesuatu yang tidak
kita minta saja dengan sendirinya diberikan, bahkan hal yang tidak kita
pikirkan pun orang lain akan memikirkan nya. Maka teruslah bangun kedekatan,
terutama kita yang tidak selalu bersama dengan mereka, terlebih juga yang
selalu bersama dirumah.
Lalu bagaimana caranya membangun
kedekatan tersebut? Apakah kita yang jauh dan kuliah sembari ngekost bisa
selalu dekat dengan mereka? Apakah kita harus selalu berada dirumah dan selalu
bertemu dengan mereka? Atau hanya yang tinggal bersama di rumah saja yang bisa
lebih dekat? Ternyata tidak begitu juga, bagi yang jauh kita sangat bisa untuk
tetap merasa dekat. Begitu pun dengan yang kuliahnya pulang pergi kerumah,
malah banyak juga yang tidak dekat, seperti yang saya katakana diatas, tinggal
satu rumah tetapi tidak dekat, dirumah hanya sekedar fisikanya saja, ketika
bertemua dengan keluarga tidak dimanfaatkan dengan baik, mengacuhkan nya dan
menggap tidak penting, berinteraksi hanya ketika ada kepentingan nya saja,
seperti minta uang untuk bayar SPP dan atau lainnya.
Untuk itu, baik yang jauh atau
yang tinggal bersama, kedekatan yang kita bangun adalah bisa dengan berbagai
cara, setidaknya kita bisa mengoptimalkan dua kecerdasan ini, yaitu emosional
dan spiritual. Dengan kecerdasan emosional kita bisa membangun hubungan yang
baik sebagai mana seharusnya, yakni menjaga sikap, tutur kata yang tidak
menyakiti, selalu memancarkan wajah riang dan menyenangkan ketika dihadapan
mereka, bagi yang selalu jauh dan jarang pulang, upayakan selalu memberi kabar
dan menanyakan informasi keluarga, kita punya HP gunakanlah fungsinya untuk
peroleh kabar dari rumah, bukan sekedar kepenting dengan orang lain saja,
utamakan mereka sebelum yang lainnya, ketika pulang kerumah, tunjukan
kehangatan dengan wajah yang ceria, cium tangannya lalu peluk mereka (orang
tua), jangan malu karena merasa sudah dewasa, justru karena kita semakain
dewasa harus semakin hormat kepada mereka dengan menunjukan sikap-sikap yang
lebih dewasa, jangan lupa juga bawa oleh-oleh untuk mereka tapi jangan
dipaksakan jika tiada, atau cukup untuk keponakan (anaknya kakak kita) saja
agar mereka merasa beruntung memiliki kita, dan sikap-sikap lainnya yang bisa
mendekatkan kita kepada mereka, sehingga nanti ketika kita berada dalam
kejauhan, kehadirannya selalu dirindukan dan dinantikan.
Begitupun dengan kecerdasan
spiritual, kita harus bangun kedekatan kepada mereka dengan mengikat hatinya
oleh doa-doa terbaik kita, pastikan setiap doa yang kita panjatkan selalu kita
sebutkan dan mohonkan ampunan untuk orang tua dan juga saudara-saudara kita.
Sebagai rasa bersyukur kita kepada Allah telah menganugerahkan keluarga kepada
kita, karena banyak saudara kita yang lain yang hidup tidak berkeluarga, maka
kita harus syukuri hal ini. Jika kita belum bisa memberi apa-apa dalam bentuk
materi, setidaknya kita memberi yang lebih abadi sebagai anak yang
sholeh/sholehah dengan senantiasa mendoakan mereka.
Teruslah dekati orang tua dan
keluarga, juga orang-orang terdekat yang pernah bersama kita, dengan cara terus
menebarkan kebaikan agar keberhasilan yang kita perloleh berada dalam
keberkahan, karena buat apa juga kita berhasil jika tiada ridho dari orang tua.
Ingat, ridho nya Allah ada pada ridhonya orang tua, inilah puncak dari
kedekatan yang kita bangun, yakni meraih keridhoan Allah pada setiap yang kita
lakukan. #mahasiswaparipurna.
---------------------------------------
Keterangan: Tulisan ini ada sambungan sebelum dan sesudahnya
1 Komentar
Subhanallah......
BalasHapus