Mahasiswa Harus Selalu Dekat dengan Keluarga

Foto Bersama Keluarga Besar

Oleh: Mujang Kurnia

Sebagai anak yang sedang menjelma menjadi mahasiswa, yang mana diatas telah kita pelajari bahwa mahasiswa harus mandiri, bukan pula berarti memaknai kemandirian itu kita benar-benar lepas dari orang tua dan keluarga. Melainkan kemandirian yang dimaksud adalah berupaya untuk senantiasa tidak merepotkan, tidak membebani dan tidak membuat orang tua merasa kewalahan dengan sikap-sikap dan kebutuhan-kebutuhan kita sebagai mahasiswa, baik kita tinggal bersama dengan mereka atau terpisah berjauhan.

Kendati demikian, tetap harus kita sadari bersama bahwa diatas kemandrian yang tengah kita pelajari dan biasakan pada diri kita sehari-hari, jangan sesekali kita merasa karena sudah mandiri sehingga tidak lagi membutuhkan orang tua dan keluarga. Tentu ini adalah sebuah kekeliruan dan kerugian besar untuk kita. Melainkan sekalipun kita sudah merasa mandiri, baik yang berjauhan atau yang terus berdekatan bersama orang tua dan keluarga. Tugas selanjutnya adalah kita harus tetap selalu dekat dan senantiasa berada untuk mereka. Sebagai mahasiswa yang baik dan paripurna, dengan kemandirian yang kita punya, kita harus senantiasa dekat dan selalu ada untuk orang tua dan keluarga baik ketika jauh (ngekost) terlebih ketika kita bersama (tinggal dirumah bersama).

Karena tidak sedikit diantara kita yang dekat dengan keluarga (pulang pergi kampus - rumah) ternyata dia merasa jauh dengan keluarganya padahal satu rumah. Atau sebaliknya yang berjauhan (ngekost dan lainnya) tetapi dia sangat dekat dengan keluarganya. Maka termasuk yang manakah diri kita? Tinggal di rumah tetapi seperti jauh bersama keluarga, rumah hanya sekedar ganti baju, makan dan tidur, selebihnya pergi kampus dan bahkan hampir tidak pamit kecuali meminta jatah jajan. Atau kita berada pada kejauhan, di negeri rantau dimana kampus kita berada, tetapi selalu dekat dengan orang tua dan keluarga meskipun tidak pernah bertemu. Tentu keduanya adalah lebih baik ketika kita terus mengupayakan untuk selalu dekat dengan keluarga baik berada dalam kejauhan (ngekost) terlebih berdekatan (tinggal dirumah bersama). Yang harus kita waspadai adalah ketika kita berada dalam kejauhan, tetapi tidak mengupayakan dekat dengan orang tua dan keluarga, kita merasa sudah bisa mandiri sehingga melupakan mereka, ini adalah sebuah bahaya dan akan menjadi kerugian besar.

Yang dimaksud selalu dekat dengan keluarga disini adalah, keterikata hati kita kepada keluarga, selalu menghargai dan mengakui keberadaan mereka, berkasih sayang dan menegur sapa dengan kehangatan, serta sikap baik lainnya yang membuat hati dan pikiran antara kita dan keluarga merasa nyaman dan tidak ada kekhawatiran. Maka yang harus kita lakukan adalah, berdekatan atau berjauhan kita harus selalu dekat dengan orang tua dan keluarga. Itulah sikap yang senantiasa harus kita jaga sebagai seorang mahasiswa paripurna.

Kedekatan yang kita miliki dapat memudahkan dan melancarkan segala urusan dan upaya kita. Karena kedekatan ini akan menjadi sebuah kekuatan dan doa untuk segala urusan kita, sedangkan salah satu doa terbaik untuk kita adalah doanya orang tua dan orang-orang terdekat. Jangan sampai karena kita merasa mandiri, kita tidak lagi membutuhkan doa-doa mereka. Jangan sampai pula karena kita tidak dekat (bersikap tidak baik) kepada orang tua dan keluarga, mereka enggan dan tidak ingin mendoakan untuk segala urusan kita. Maka teruslah dekat dengan mereka, dimanapun berada, baik sedang bersama maupun tidak. Karena jika kita sudah dekat dan selalu berbuat baik dengan mereka, tanpa meminta apapun, baik itu doa atau sesuatu yang lainnya, dengan sendirinya kita akan diberi dan didoakan. Semua itu karena kedekatan kita terhadap mereka.

Saya punya kisah perihal ini, saya adalah mahasiswa yang termasuk jauh dan juga sangat jarang pulang, tetapi saya pernah dibuat terharu oleh keluarga saya, yaitu mereka (kakak-kakak saya) dengan tanpa sepengetahuan saya melakukan penggalangan dana untuk membelikan sesuatu untuk saya, katakanlah pakaian. Karena pernah saya pulang dengan menggunakan baju dan celana yang biasa saya pakai kalau pulang, ternyata mereka memperhatikan hal itu dan beranggapan kalau saya tidak lagi memiliki pakaian hanya itu-itu saja, maka patunganlah mereka untuk memebelikan saya pakaian baru. Padahal memang dasarnya saja saya tidak ingin memiliki baju dan celana yang banyak, buat apap juga punya banyak-banyak kalau tidak dipakai. Secukupnya saja, yang terpenting selalu upayakan rapih. Makanya kalau saya mengumpulkan foto-foto kegiatan, dimanapun tempatnya baju yang saya pakai tidak banyak berbeda, hampir sama, dan memang masih baju yang sama. Hal itu juga untuk meringankan pekerjaan nyuci di perantauan, biar kita bisa lebih banyak mengerjakan hal yang lainnya ketimbang nyuci terus. Cukuplah celana itu kita punya dua, dan bajunya lima, selebihnya berikan kepada yang membutuhkan.

Kisah diatas yang saya alami merupakan hasil dari sebuah kedekatan saya kepada mereka. Sesuatu yang tidak kita minta saja dengan sendirinya diberikan, bahkan hal yang tidak kita pikirkan pun orang lain akan memikirkan nya. Maka teruslah bangun kedekatan, terutama kita yang tidak selalu bersama dengan mereka, terlebih juga yang selalu bersama dirumah.

Lalu bagaimana caranya membangun kedekatan tersebut? Apakah kita yang jauh dan kuliah sembari ngekost bisa selalu dekat dengan mereka? Apakah kita harus selalu berada dirumah dan selalu bertemu dengan mereka? Atau hanya yang tinggal bersama di rumah saja yang bisa lebih dekat? Ternyata tidak begitu juga, bagi yang jauh kita sangat bisa untuk tetap merasa dekat. Begitu pun dengan yang kuliahnya pulang pergi kerumah, malah banyak juga yang tidak dekat, seperti yang saya katakana diatas, tinggal satu rumah tetapi tidak dekat, dirumah hanya sekedar fisikanya saja, ketika bertemua dengan keluarga tidak dimanfaatkan dengan baik, mengacuhkan nya dan menggap tidak penting, berinteraksi hanya ketika ada kepentingan nya saja, seperti minta uang untuk bayar SPP dan atau lainnya.

Untuk itu, baik yang jauh atau yang tinggal bersama, kedekatan yang kita bangun adalah bisa dengan berbagai cara, setidaknya kita bisa mengoptimalkan dua kecerdasan ini, yaitu emosional dan spiritual. Dengan kecerdasan emosional kita bisa membangun hubungan yang baik sebagai mana seharusnya, yakni menjaga sikap, tutur kata yang tidak menyakiti, selalu memancarkan wajah riang dan menyenangkan ketika dihadapan mereka, bagi yang selalu jauh dan jarang pulang, upayakan selalu memberi kabar dan menanyakan informasi keluarga, kita punya HP gunakanlah fungsinya untuk peroleh kabar dari rumah, bukan sekedar kepenting dengan orang lain saja, utamakan mereka sebelum yang lainnya, ketika pulang kerumah, tunjukan kehangatan dengan wajah yang ceria, cium tangannya lalu peluk mereka (orang tua), jangan malu karena merasa sudah dewasa, justru karena kita semakain dewasa harus semakin hormat kepada mereka dengan menunjukan sikap-sikap yang lebih dewasa, jangan lupa juga bawa oleh-oleh untuk mereka tapi jangan dipaksakan jika tiada, atau cukup untuk keponakan (anaknya kakak kita) saja agar mereka merasa beruntung memiliki kita, dan sikap-sikap lainnya yang bisa mendekatkan kita kepada mereka, sehingga nanti ketika kita berada dalam kejauhan, kehadirannya selalu dirindukan dan dinantikan.

Begitupun dengan kecerdasan spiritual, kita harus bangun kedekatan kepada mereka dengan mengikat hatinya oleh doa-doa terbaik kita, pastikan setiap doa yang kita panjatkan selalu kita sebutkan dan mohonkan ampunan untuk orang tua dan juga saudara-saudara kita. Sebagai rasa bersyukur kita kepada Allah telah menganugerahkan keluarga kepada kita, karena banyak saudara kita yang lain yang hidup tidak berkeluarga, maka kita harus syukuri hal ini. Jika kita belum bisa memberi apa-apa dalam bentuk materi, setidaknya kita memberi yang lebih abadi sebagai anak yang sholeh/sholehah dengan senantiasa mendoakan mereka.


Teruslah dekati orang tua dan keluarga, juga orang-orang terdekat yang pernah bersama kita, dengan cara terus menebarkan kebaikan agar keberhasilan yang kita perloleh berada dalam keberkahan, karena buat apa juga kita berhasil jika tiada ridho dari orang tua. Ingat, ridho nya Allah ada pada ridhonya orang tua, inilah puncak dari kedekatan yang kita bangun, yakni meraih keridhoan Allah pada setiap yang kita lakukan. #mahasiswaparipurna.

---------------------------------------
Keterangan: Tulisan ini ada sambungan sebelum dan sesudahnya

1 Komentar