Oleh : Mujang Kurnia
(Mahasiswa IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten)
Saat ini kita telah menjadi
mahasiswa, maha atas kesiswaan kita, sebuah gelar yang sangat luar biasa, tidak
banyak orang bisa menjadi seperti kita, memiliki kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang dianggap spesial bagi kebanyakan orang. Bagaimana
tidak? Di negeri ini, ada jutaan bahkan miliaran anak masuk Sekolah Dasar (SD),
tetapi hanya ratusan ribu yang bisa kuliah. Ini artinya kita berbeda, beda dari
yang lainnya, kita memiliki keberuntungan dan kesempatan lebih untuk mampu memperbaiki
diri dan lingkungan, serta kita mempunyai tanggungjawab yang lebih besar dari
pada anak muda yang lainnya.
Akan tetapi, tidak sedikit
diantara kita yang telah menjadi mahasiswa namun tidak memanfaatkan kesempatan
luar biasa ini, dia berkuliah dan menjadi mahasiswa hanya sekedar menjadi
mahasiswa biasa, yang hanya sekedar ngaampus mengikuti kuliah dikelas, pulang
ke kosan atau ke rumah, tok sekedar
itu saja. Sedangkan sejatinya kuliah adalah diruang kelas dan juga diluar
kelas. Anis Baswedan, pernah mengatakan dalam sambutannya kepada mahasiswa baru
bahwa mahassiwa adalah, “…sekelompok anak
muda yang punya kesempatan untuk mengembangkan diri, untuk maju meraih masa
depan bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk kemajuan bangsa dan kemajuan
lingkungannya’. Kurang lebih seperti itu.
Dengan demikian, kita sebagai
mahasiswa harus menyadari betul bahwa kita berkuliah adalah sebagai proses
untuk menjadi sesuatu, sesuatu yang lebih berharga, bukan untuk diri kita sendiri
melainkan untuk sesama dan lingkungan sekitar kita. Untuk itu, jelas sudah kita
berkuliah adalah memiliki tugas besar, sebagai manusia baru yang bukan sekedar
untuk menjadi akademisi, peneliti atau yang lainnya melainkan kita belajar
untuk menjadi pemimpin negeri, yang segala perbuatannya adalah sebuah
perubahan.
Oleh karena itu, kita harus sadar
betul tentang hakikat kita berkuliah, yakni kita berkuliah bukan untuk sekedar mencari
kerja melainkan jauh dari pada itu. Kesalahan yang paling fatal dan sudah
menjalar dalam pola pikir masyarakat kita adalah menganggap bahwa berkuliah untuk
mencari kerja. Sehingga tidak sedikit orang tua yang menuntut anak nya agar
berkuliah di kampus ini atau itu dengan jurusan ini dan itu pula agar nanti
kalau sudah wisuda bisa kerja disini dan disitu, sekedar itu saja. Sehingga
anak pun tidak sedikit yang mengambil jurusan dan memilih kampus karena
terpaksa. Maka ketika berkuliah, sekedar bekuliah saja dan tidak mengembangkan
diri di luar kuliah, tok belajar
hanya di dalam kelas karena instruksi orang tuanya begitu agar memiliki nilai
yang bagus dan cepat lulus lalu segera melamar kerja. Dan anak pun demikian
jadinya, menjadi khawatir dan ketakutan jika aktif mengikuti kegiatan ini dan
itu diluar jam kuliah atau yang sering disebut aktivis.
Memang, sebuah kampus ternama
memiliki pengaruh baik terhadap status kelulusan, jika nama kampus nya bagus
akan sangat berpengaruh terhadap seleksi dunia kerja, karna salah satu alasan
perusahaan dalam merekrut adalah asal kampusnya. Tetapi kembali lagi kepada
masing-masing orang, sebagus apapun kampus jika kita tidak mengembangkan diri,
sangat disayangkan. Dalam hal ini saya memiliki istilah, bukan dimana ladangnya tetapi
siapa petani nya. Bagi petani
yang hebat dan memiliki keterampilan, dimanapun ia menanam pasti bisa tumbuh
sekalipun di tempat yang kurang subur, terlebih jika di tempat yang subur,
pasti apapun yang ia tanam akan tumbuh dengan sangat baik dan lebih
menghasilkan. Begitupun dengan kita berkuliah, kuncinya adalah pengembangan
diri, dimanapun kita berkuliah pasti bisa menjadi hebat apapbila kita terus
mengembangkan diri, terutama yang memang nama kampus nya sudah bagus.
Untuk itu kita harus luruskan
paradigma kita terhadap kuliah bahwa kita berkuliah bukan untuk mencari kerja,
melainkan kita sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup,
untuk menjadi pelaku dalam kegiatan hidup, mengubah kemampuan diri agar sesuai
dengan kebutuhan hidup dengan terus meningkatkan kualitas diri agar mampu
mengatasi permasalahan yang timbul didalam kehidupan kita.
Suwati, dalam bukunya Bersekolah Bukan untuk Mencari Pekerjaan; 2008.
Mengatakan bahwa ada tiga aspek kemampuan untuk dikembangkan dalam mengemban
pendidikan, yaitu kemampuan dalam hal pengetahuan, kemampuan dalam hal pola
sikap hidup, dan kemampuan dalam hal keterampilan. Sehingga proses pendidikan
sejatinya adalah untuk mengusahakan terjadinya perubahan terhadap pengetahuan,
sikap hidup, dan keterampilan. Maka jelas, bahwa kita berkuliah bukan sedang
mempersiapkan diri untuk mencari kerja melainkan tengah mempersiapkan diri
untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki sehingga dapat sesuai
dengan kebutuhan didalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Untuk itu, kita harus terus
mengembangkan diri selagi berkuliah dan menjadi mahasiswa, dengan terus aktif
dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan positif yang ada diluar kelas, jangan
hanya belajar di ruang kelas, belajarlah menjadi bagian dari masyarakat selagi
berkuliah untuk mengasah kemampuan kita. Jika harus menjadi aktivis, jadilah
aktivis dengan sebaik-baiknya aktivis, yaitu aktivis yang bukan hanya diluar
kelas tetapi juga didalam kelas. Lihatlah orang-orang besar, yang berpengaruh
dan tengah berkontribusi untuk mendorong kemajuan negeri kita, mereka adalah
orang-orang yang ketika berkuliah tidak menghabiskan waktu kuliahnya hanya
sekedar diruang kelas, melainkan di luar kelas.
Ingat, kita berkuliah dan menjadi
mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar, bukan hanya untuk diri kita
sendiri, melainkan untuk lingkungan dan sesama agar terjadi perubahan kearah
yang lebih baik. Maka singkirkan jauh-jauh dari kita pemahaman bahwa kuliah itu
hanya untuk mencari kerja, teruslah berproses tingkatkan kapasitas diri,
jadilah pribadi yang unggul dan berprestasi untuk memberi kontribusi terbaik
kepada negeri. Percayalah jika pada akhirnya kita harus bekerja pun, pekerjaan
itu akan mengikuti ketika kita sudah memilki keunggulan dan prestasi dan
jadikan itu sebagai ladang untuk perubahan.
“Tiada hari tanpa perbaikan,
peningkatan kapasitas, dan bergerak untuk perubahan”
Kita tidak hanya memikirkan masa
depan diri kita, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan Negara. Masa depan tidak
bisa hanya dibuat dan dibangun hanya dengan selembar kertas (transkip nilai)
ketika kita melamar kerja. Bukan berarti kita meremehkan nilai Indek Prestasi
(IP), nilai itu penting tetapi kita butuh lebih dari sekedar IP yang tinggi,
karena jika hanya itu, IP yang tinggi sekedar mengantarkan kita pada panggilan
wanawancara, titik. Sedangkan tanggung jawab kita sangat besar. Untuk itu, kita
butuh kemampuan lebih, mulai dari kemampuan memimpin, komunikasi, keterampilan,
sikap, keilmuan serta yang lainnya sebagai bekal untuk mengantarkan kita kepada
masa depan yang unggul.
------------------------------------------------------------------
0 Komentar