Kota Madani, Sekedar Mimpi

Kado Ulang Tahun Ke-8 Kota Serang

Oleh : Mujang Kurnia

Delapan tahun Kota Serang berdiri sebagai ibu kota provinsi Banten yang merupakan pemekaran dari kabupaten Serang sejak tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun 2007. Usia delapan tahun memang bukan lah usia yang kuat dan matang  untuk sebuah pertumbuhan, jika di ibaratkan manusia, usia ini adalah masa-masanya pengenalan dan penjajakan dunia pendidikan di sekolah dasar. Tetapi untuk sebuah kota atau daerah, usia bukanlah persoalan utama untuk menjadi alasan sebuah pertumbuhan atau kemajuan, banyak daerah atau kota yang usianya jauh lebih muda tetapi dengan pesat melaju pertumbuhannya. Karena pembangunan bukan hanya dilihat dari usia pembentukan sebuah kota, melainkan dari siapa yang membangunnya.

Bukan bermaksud membandingkan atau merendahkan salah satu daerah, tetapi adalah sebuah bukti nyata bahwa banyak daerah-daerah yang dengan pesat mengalami perubahan dan kemajuan diberbagai sektor dan infrastruktur bukan karena usianya yang sudah lama atau masih muda, banyak juga yang usia daerahnya cukup tua tetapi masih dalam kondisi tertinggal dan sebaliknya yang usia daerahnya muda tetapi maju dan pesat. Ini menunjukan bahwa sekali lagi usia bukan menjadi faktor utama dalam pembangunan melainkan pelaku pembangunnya.

Lalu siapa pelaku pembangun yang harus berperan terutama di kota serang? Tentu adalah seluruh masyarakat yang berada didalamnya, baik masyarakat desa maupun masyarakat kota, mulai dari rakyatnya sampai dengan pejabat-pejabatnya. Akan tetapi, dalam keberlangsungan pembangunan suatu daerah tentunya telah disusun sebuah rencana pembangunannya, baik jangka panjang (RPJP) maupun jangka menengah (RPJM) sebagaimana tertera dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang merupakan aspirasi dan kebutuhan seluruh masyarakat  dengan disinergikan kepada kebijakan politis dari visi misi kepala daerah yang telah terpilih.

Dengan demikian, peran kepala daerah sangatlah penting dalam mewujudkan setiap harapan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Dalam hal ini kota Serang yang memiliki visi “Terwujudnya Kota Serang Madani sebagai Kota Pendidikan yang Bertumpu pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pertanian dan Budaya.”  Yang merupakan abstraksi dari visi misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih saat pencalonan dan pemilihan umum Kepala Daerah Kota Serang yaitu Hairul Jaman dan Sulhi Choir.

Sebuah cita-cita yang tertuang dalam sebuah visi adalah harapan untuk diwujudkan oleh pemiliknya, dan tentunya untuk mencapai itu semua adalah melalu proses dan tahapan yang teratur serta program-program yang pantas dan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Namun rasanya lain dengan Kota Serang, apa yang dicita-citakan masih belum berbanding lurus dengan apa yang diupayakan, sedangkan ketika sebuah visi atau cita-cita itu telah tertuang dan realistis, maka hal utama yang diupayakan adalah memantaskan setiap program kerja atau melakukan segala sesuatu/program-program yang dapat mendekatkan pada pencapaian cita-cita tersbut. Tetapi masih jauh rasanya untuk kota yang menjadi Ibu Kota Provinsi ini, apa yang dicita-citakan tidak dipantaskan dengan upaya yang dilakukan. Sedangkan cita-cita atau mimpi adalah sebuah kebaikan ketika terus diupayakan untuk diwujudkan dengan cara-cara yang mendekatkan pada impian tersebut, akan tetapi jika sebaliknya, apa yang dicita-citakan tetapi tidak diupayakan untuk terwujud hanya akan menjadi sebatas angan-angan belaka dan menjadi sekedar mimpi yang mengawang-awang. Dan inilah yang terjadi dengan kota serang, Kota Madani yang dicita-citakan rasanya baru sekedar mimpi.

Sebagaimana yang termaktub dalam uraian visi misi, kota Serang Madani bermakna sebuah cita-cita untuk menjadikan Kota Serang yang memiliki ciri sebagaimana masyarakat Madinah yang pernah terwujud nyata di masa Rasulullah SAW., yaitu kota yang baldhatun thoyibatun warobbun ghofur sehingga menjadi kota dan masyarakat yang maju, adil, damai, sejahtera, dan modern. Yang mana dalam konteks historis, karakter madani tersebut di Kota Serang sendiri pernah terbangun di era Kesultanan Islam Banten yang berpusat di kawasan Banten Lama, sehingga cita-cita ini menemukan relevansinya dengan jejak sejarah Kota Serang di masa lalu, maka alasan menjadikan Madani sebagai cita-cita Kota Serang sangatlah tepat dan beralasan sebagai karakter yang akan dihidupkan kembali sebagai wajah Kota Serang masa kini dan nanti.

Dalam upaya mewujudkan masyarakat madani tersebut, kehadiran sosok pemimpin yang cerdas, kreatif, dan berbudi luhur merupakan kebutuhan yang utama. Kehadiran pemimpin yang cerdas akan mampu menggunakan nalarnya secara benar dan objektif. Sedangkan pemimpin yang kreatif mempunyai banyak pilihan dan solusi alternatif dalam menyelesaikan persoalan. Demikian juga dengan pemimpin yang berbudi luhur, bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu, untuk mewujudkan sebuah masyarakat madani dalam hal ini Kota Serang, pemimpin haruslah seorang yang memiliki wawasan luas, berpendidikan dan menguasai perkembangan wacana, serta seorang pemimpin harus menyadari bahwa kekuasaan bukanlah tujuan semata, melainkan sarana untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat banyak, bukan sekedar menjabat dan memenuhi kepentingan satu pihak  dan sekedar duduk di kursi kekuasaan milik rakyat. Hal itulah yang yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin kota Serang, jika benar ingin mewujudkan cita-cita mulia menjadikan Kota Serang Madani yang bukan sekedar mimpi.

Memang tidaklah mudah mengurus kota yang baru beberapa tahun terbentuk dengan segala persoalan yang ada, tetapi lagi-lagi usia bukanlah alasan untuk terus berupaya dalam melakukan terobosan-terobosan pembangunan, bagi seorang pemimpin sejati yang cerdas, kreatif dan inovatif akan selalu ditemukan solusi-solusi yang tepat untuk sebuah kemajuan, minimalnya hal itu nampak dalam progres-progres kinerja harian seorang pemimpin yang terus menerus dan berkelanjutan. Seperti halnya pemimpin-pemimpin daerah lain yang telah banyak memberikan inspirasi perubahan pada setiap harinya, yang justru jika dilihat dalam sebuah kabar berita, popularitas mereka dengan karya-karya nya jauh lebih terkenal dan terasa keberadaan nya ketimbang pemimpin yang memiliki visi mewujudkan masyarakat madani di Kota Serang.

Bagaimana mungkin cita-cita itu akan terwujud jika pemimpinnya saja tidak pernah muncul dan membersamai masyarakat, tidak segera bergegas dan mengajak masyarakatnya bergerak, merasa nyaman padahal rakyat terancam, merasa tenang padahal kota seperti kusutnya benang. Hampir-hampir di kota ini,  keberadaan pemimpin tidak dirasakan keberadaannya, seperti istilah populer yang kita kenal autopilot yaitu adanya pemimpin tetapi sesungguhnya ia tidak memimpin, lantas akankah kota ini terwujud sebagai Kota Madani yang didambakan?

Sebagai ukuran saja, sampai hari ini sudah sejauh apa progres dan tanggapnya pemerintah terhadap pengembalian dan pemeliharaan situs utama yang menjadi icon Kota Madani sebagai bukti kejayaan yang pernah terjadi di era Kesultanan Banten, setidaknya perhatian pemerintah terhadap hal ini akan menjadi cerminan terhadap hal-hal lain yang ada di Kota Serang karena dalam visi kepemimpinan Wali Kota  adalah mewujudkan Kota Madani yang memang relevan dengan sejarah yang dimiliki. Tetapi sampai hari ini, apa upaya yang sudah dilakukan untuk mewujudkan kota madani? Kebijakan-kebijakan yang mendekati pada pencapainnya saja belum terdengar adanya, misalkan terhadap pengaturan hiburan malam, di kota ini masih dibebaskan dan belum ada peraturan yang mengaturnya secara tegas sehingga banyak  tempat-tempat hiburan yang tidak seharusnya dimilki oleh kota yang disebut kota madani ini. Selanjutnya adalah, kota ini belum tertata dengan benar dan memang belum terlihat ada upaya untuk menatanya, terlihat dari setiap penjuru maupun tengah kota yang masih semberaut di sepanjang tepian jalan raya dan jalan-jalan yang rusak tanpa ada pembenahan, alun-alun kota saja yang seharusnya menjadi tempat dan pilihan masyarakat ternyaman untuk berlibur, namun rupanya sebaliknya menjadi tempat yang dihindari karena dari penataan ruang publiknya terutama parkir kendaraan yang kadang membeludak sehingga memenuhi jalan raya. Di lain hal, untuk daerah setingkat Ibu Kota Provinsi masih terdapat banyak jalan yang belum memiliki nama, sedangkan hal ini sangatlah penting terutama untuk peningkatan perekonomi masyarakat.   

Selain itu, pemerintah Kota Serang rupanya lebih berpihak kepada para pemilik modal, terlihat dari pertumbuhan pendirian retail dan pasar modern yang semakin marak di tengah dan bahkan pusat kota dengan tanpa pengaturan jarak yang tepat. Disisi lain, para pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapak nya dipinggiran jalan raya di bubarkan dengan tanpa memberikan solusi penyediaan lokasi untuk mereka tetap berpenghasilan, sedangkan pasar Rau pun sebagai pasar induk tetapi tidak mencerminkan sebuah pasar yang layak. Belum lagi alur jalan dan rute angkutan umum yang masih acak-acakan tanpa pengaturan, serta hal-hal lainnya yang tidak cukup jika disebutkan.


Akan sampai kapan hal ini terjadi? Sampai kapanpun akan seperti ini, kota madani hanya akan menjadi sekedar mimpi ketika pemimpinnya masih berdiam diri, masyarakatnya tak peduli dan keduanya antara pemimpin dan masyarakat bahkan tak saling memiliki. Lantas apa yang harus dilakukan jika seperti ini? Tentu seorang pemimpin seharusnya jauh lebih mengetahui solusi terbaiknya, sebagaimana dijelaskan diatas bahwa kita butuh sosok pemimpin yang mampu hadir seutuhnya mulai dari hati, pikiran, jasad dan jiwanya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan masyarakat yang telah dicita-citakan, yaitu sebuah kota yang madani yang bukan sekedar mimpi.


0 Komentar