Rendah Hati Dan Selalu Berdoa


Oleh: Mujang Kurnia

Kita harus senantiasa merendahkan hati atas apapun yang telah kita capai, setinggi apapun prestasi kita dan sebesar apapun jabatan kita, bahkan sebanyak apapun ilmu kita, yang harus kita lakukan adalah selalu rendah hati dan berdoa kepada pemilik segalanya, yang telah berkehendak untuk memeberikan kita segalanya, memberikan prestasi dan berkenan melimpahkan keilmuannya kepada kita. Karena sungguh, jika bukan karunia Tuhan, tidak mungkinlah kita sampai pada puncak keberhasilan kita.

Kesadaran akan pentingnya untuk senantiasa merendahkan hati ini sangatlah perlu untuk kita miliki, karena tidak sedikit diantara kita terlena dan lupa akan nikmat yang ada. Ketika sudah menjadi ini dan itu, kita menjadi besar diri, ketika kita sudah memilki ini dan itu, kita menjadi tak tau diri. Padahal jika kita sadar betul bahwa segala sesuatu itu tiada yang abadi, dan dengan mudahnya kapan saja apapun yang kita miliki bisa dicabut oleh Allah SWT. “Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunya kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engaku muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala susuatu. Engkau masukan malam ke dalam siang dan Engkau masukan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (Ali Imran: 26-27).

Barangkali hal itulah yang menjadi alasana kenapa para nabi dan rasul saja yang diberikan banyak mukjizat dan kemampuan luar biasa tetapi mereka senantiasa rendah hati dan bersyukur kepada Tuhan. Banyak ayat-ayat al Quran yang menceritakn kisah-kisah mereka dengan berbagai kemampuan luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya, tetapi senantiasa diiringi sifat rendah hati. Misalkan nabi Sulaiman yang Allah abadikan dalam Quran surat an-Naml;

“Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hambaNya yang beriman”. Dan sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” (an-Naml:15-16)

Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa begitu pentingnya kita menyadari akan segal sesuatu itu adalah milik Allah dan harus selalu kita syukuri keberadaannya bukan malah sebaliknya menyombongkan diri dan ingkar.  Siapalah kita jika dibandingkan dengan para nabi? Jika nabi saja yang telah banyak memiliki kekuatan dan mukjizat mereka tetap rendah hati dan selalu bersykur, terlebih nabi Sulaiman yang bahkan kekuasaannya adalah menjadi raja atas jin, manusia juga hewan. “Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentara dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib (an-Naml:17). Maka seharusnya apalagi kita, yang bukan siapa-siapa dimata Tuhan, hanya manusia biasa yang yang penuh dengan dosa, kita harus lebih bersyukur dan merendahkan hati.

Selain itu, sikap rendah hati sebagai rasa syukur kepada Allah SWT juga harus kita iringi dengan senantiasa berdoa dan memohon kepadaNya agar selalu dijaga dan dilindungi untuk berada dalam kebaikan yang diridhoi-Nya, sebagaimana yang dicontohkan pula oleh nabi Sulaiman ketika bertemu dan mendengarkan perkataan seekor semut yang mengajak kawanannya untuk berlindung kedalam sarang-sarangnya.


“Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhan ku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau Anugerahkan kepadaku dan kepada orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan  yang Engkau Ridhai; dan masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.” (an-Naml:19.) 

0 Komentar