Tulisan ini saya kutif dari status Facebook; Mujang Kurnia
Hari ini Jumat tepat tanggal 15 Mei 2015 adalah hari di umumkannya kelulusan hasil Ujian Nasional disetiap sekolah tingkat SMA, SMK dan MA. Bagi sebagian siswa yang beruntung barangkali Jumat kali ini merupakan sebuah keberkahan dengan kabar kelulusannya, tetapi bagi sebagian sisiwa yang belum beruntung barangkali adalah sebuah kesediahan.
Hal ini mengingatkan saya empat tahun yang lalu (2011) ketika pada hari seperti ini, sangat mengharukan dan membahagiakan memang dengan kabar yang telah dinanti-nanti dan dicemaskan dalam beberapa hari untuk menentukan hasil akhir selama tiga tahun bersekolah.
Dan seketika kabar bahagia itu hadir, yakni sebuah kelulusan, memang hal yang terpikir pada saat itu adalah kebahagiaan dan perayaan, yaps perayaan. Sebagian orang mungkin menyebutnya sebagai tanda syukur, dengan bergembira bersama dengan teman-teman.
Berbagai hal dilakukan sebagai perayaan dan tanda bersyukur, namun hal ini ternyata yang tidak sedikit siswa menyadari bagaimana cara merayakan rasa syukur itu.
Berbagai hal dilakukan sebagai perayaan dan tanda bersyukur, namun hal ini ternyata yang tidak sedikit siswa menyadari bagaimana cara merayakan rasa syukur itu.
Dari tahun ke tahun, perayaan dan bentuk syukur yang dilakukan oleh kebanyakan siswa adalah dengan melakukan corat coret terhadap baju sekolahnya seperti semprot pilok, tanda tangan dan bahkan sobek-sobek, lalu dilanjutkan kompoi keliling menggunakan sepeda motor sepanjang jalan dengan berteriak menyapa kiri kanan sebagai bentuk kebahagiaan yang tiada henti dipancarkan.
Padahal, banyak hal yang harus disadari dari semua ini, dengan melakukan perayaan dengan bentuk perwujudan rasa syukur yang berlebihan seperti tersebut, tidak kah disadari bahwa, barangkali ada teman dan saudara kita yang sedang menahan rasa sakit hatinya karena memperoleh kabar tidak lulus?
Selain itu, tidak kah disadari bahwa alangkah baiknya baju-baju yang masih bagus dan layak pakai tersbut di sumbangkan kepada yang masih membutuhkan, karena banyak diantara adik kelas atau sekolah lain yang sangat membutuhkan baju tersbut. Kenapa harus dicorat coret dan diwarna-warnai dengan alasan untuk menyimpan kenangan dari teman-teman seangkatan.
Sungguh jika ditanyakan kepada senior atau yang telah dahulu melakukan hal tersbut (corat-coret dan warna-warnai), masih adakah kenangan baju itu, pasti jawabnya adalah entah berantah sudah dimana, karena kenangan itu tidak begitu berguna dan tidak akan dibawa mati (kecuali disumbangkan kepada orang baik dan membutuhkan insya Allah akan kebawa mati sebagai pahala).
Atau sikap seperti itu adalah memang hasil dari belajar selama tiga tahun bersekolah, yakni belajar mewarnai dan mencorat-coret sehingga diakhir kelulusan baju pun harus dicorat coret dan diwarnai? Termasuk berkompoi dan bersorak teriak adalah pelajaran selama tiga tahun dikelas, sehingga membuat pengguna jalan lainnya merasa bangga melihat anak sekolah yang begitu berani menggunakan jalan raya dan dikejar-kejar petugas polisi karena melanggar aturan lalu linatas?
Itukah hasil dari selama bersekolah?
Adakah yang salah dalam bersekolah, atau memang itu adalah hasil yang benar dan sepatutnya dilakukan?
Adakah yang salah dalam bersekolah, atau memang itu adalah hasil yang benar dan sepatutnya dilakukan?
Entahlah, sebelum itu saya pun pernah mengalami ini dan menyesali untuk tidak mengulangi, dan tersadar sebelum hal ini terjadi saya sudah berhenti dan tidak melakukannya lagi... Sehingga empat tahun lalu saya tidak diajarkan pelajaran mencorat-coret dan mewarnai...
------------------------------------
Tulisan ini seketika saya uraikan saat tadi pagi seusai pengumuman kelulusan hampir disetiap dilampu merah yang saya lalui (Serang) melihat anak sekolah dengan menggunakan baju bercorat-coret dan berwarna-warni tetapi diberhentikan dan diburu polisi, sehingga membuat ketegangan di jalan raya.
Dan ditempat lain anak-anak sekolah membuat kemacetan karena tengah membubuhkan coretan dan warna-warni kepada baju teman-temannya.
Dan ditempat lain anak-anak sekolah membuat kemacetan karena tengah membubuhkan coretan dan warna-warni kepada baju teman-temannya.
Semoga ditempat lain dan siswa-siswi lain yang lebih banyak jumlahnya adalah sedang melakukan perayaan dan bentuk syukur nya dengan cara dan kepatutan yang tepat.
Semoga... Aamiin...
0 Komentar