Hari Kebangkitan Nasional Yang Sebenarnya [Bukan] 20 Mei


Beberapa bulan yang lalu ketika film HOS Tjokroaminoto mulai tayang di Bioskop, saya bersama teman-teman termasuk dalam kategori penonton awal yang langsung memburu film tersebut, padahal sebelumnya, saya dan teman-teman adalah tergolong orang yang jarang dan hampir tidak pernah nonton film di bioskop. Akan tetapi untuk film yang satu ini kami begitu berantusias ketika ada seseorang yang menganjurkan untuk menonton film tersebut, terlebih orang yang menganjurkan ini adalah seseorang yang nasihat dan saran-sarannya selalu kami dengar dan patuhi. Maka kami menyimpulkan bahwa film ini memang harus kami tonton karena dianjurkan langsung oleh seseorang yang bukan sembarang bagi kami.

Dan ternyata benar, ketika kami usai menontonnya, film ini membuka pandangan dan wawasan lebih dalam perihal heroik perjuangan tokoh besar Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang disebut sebagai guru bangsa. Meskipun memang dalam film tersebut tidak dipaparkan secara detail keseluruhannya, setidaknya itu bisa membuka gambaran umum tentang raja tanpa mahkota yang melahirkan tokoh-tokoh besar negeri ini seperti Soekarno, Kartosoewirjo, Semaoen, dll. Berkat film itu pula, rasa ingin tahu kami semakin menggeliat tentang perjalanan dan perannya Tjokroaminoto dalam membangkitkan semangat dan melakukan perlawanan terhadap Kolonial Belanda.

Maka saya peribadi memutuskan untuk mengetahui lebih dalam tentang perjalanan Satria Piningit dan organisasi pergerakan yang dibawanya. Tibalah pada hari ini, hari dimana negeri ini menyebutnya sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei. Sungguh membuat saya bertanya kembali, benarkah penetapan 20 Mei adalah sebagai hari kebangkitan Nasional? Yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, disebut sebagai masa bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran untuk memperjuangakan Negara Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Kolonial Belanda.

Lagi-lagi saya bertanya, bukankah ketika Sarekat Islam yang dipimpin oleh Tjokroaminoto itu sebelumnya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang berdiri pada tanggal 16 Oktober 1905 tiga tahun lebih awal sebelum Boedi Oetomo berdiri? Jika alasannya karena berlatar belakang organisasi yang memiliki semangat perlawanan terhadap penjajahan dan berjuang untuk kemerdekaan, justru sesungguhnya yang demikian itu adalah Sarekat Dagang Islam yang terhimpun didalamnya para entrepreneur dan para tokoh muslim saat itu.

Syarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905 dengan tujuan untuk menghimpun para pedagang muslim pribumi agar dapat bersaing dengan pedang-pedang besar Cina. Yang mana pada saat itu pedagang-pedang Cinta telah lebih maju dan memiliki hak dan status lebih tinggi dari penduduk Indonesia dengan kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Belanda. Selain itu, Syarekat Dagang Islam juga didirikan sebagai perkumpulan pedagang-pedagang Islam, yang mana pada kala itu Islam merupakan ancaman serius bagi kolonial Belanda, karena Islam membawa ajaran pembebasan untuk keadilan dan kesejahteraan hidup manusia. Maka selama dibawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh.

Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto,  untuk menonjolkan Islam, kata ‘dagang’ dihilangkan, dan nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lainnya. Setelah HOS Tjokroaminoto duduk dalam pimpinan Syarikat Islam (SI), kemajuan SI makin hebat dengan semangat berkobar-kobar untuk memperjuangakan kemerdekaan Indonesia sehingga SI dipandang sebagai ‘Ratu Adil’.

Berlainan dengan SI yang sejak 1912 telah menuntut kemerdekaan Indonesia, Budi Utomo (BU), menurut KH Firdaus AN, merupakan perkumpulan kaum ambtenaar, yaitu para pegawai negeri yang setia kepada pemerintah kolonial Belanda. Pertama kali BU diketuai Raden T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, yang dipercaya Belanda. Ia memimpin Budi Utomo sejak 1908 sampai 1911. Kemudian dia digantikan oleh Pangeran Arjo Noto Dirojo dari istana Paku Alam, Yogyakarta. (http://www.agustiantocentre.com/)

Dengan dipimpin oleh kaum bangsawan yang inggih selalu, tidak mungkin BU akan dapat melangkah maju untuk mengadakan aksi massa, berjuang guna mengubah nasib mereka yang menderita di bawah telapak kaki penjajah Belanda. Dengan sifat kebangsawanan yang pasif dan setia kepada Belanda itu, juga membuat BU terjauh dari rakyat. Menurut Firdaus AN, BU bukan bersifat kebangsaan yang umum bagi seluruh Indonesia, tetapi bersifat regional, kedaerahan dan kesukuan yang sempit. Keanggotaannya selalu terbatas bagi kaum ningrat aristokrat, dan hanya terbatas bagi suku Jawa dan Madura.

Syarekat Dagang Islam (SDI) yang berganti menjadi Syarekat Islam (SI) dilahirkan di Solo tahun 1905 dengan sifat Nasional dan dasar Islam yang tangguh, merupakan organisasi Islam terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air. Dengan sifat nasionalnya SI meliputi seluruh bangsa Indonesia yang beragama Islam yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Ini tercermin pada wajah para tokoh pemimpin SI dari berbagai kepulauan di Indonesia.

Lalu kenapa Hari Kebangkitan Nasioanal yang dipilih bukan hari kelahiran organisasi kebangkitan pertama yang dirintis oleh masyarkat langsung yaitu Syarekat Dagang Islam yang sudah jelas besar sekali perannya dalam mengawali perlawanan terhadap penjajahan Kolonial Belanda? Akan tetapi yang ditetapkan adalah hari lahirnya Budi Utomo yang bahkan dirintis oleh para bangsawan pegawai negeri yang bekerjsama dengan Belanda?

Namun begitulah sejarah, dibuat dan ditetapkan oleh siapa yang kuat dan berkuasa. Terlebih jika berkaitan dengan Islam, sehebat dan sebanyak apapun perannya dalam kebangkitan negeri ini, sejarahnya seperti disamarkan. Akan tetapi, dari sedikitnya pemaparan diatas semoga dapat memberikan hikmah dan pelarajan untuk kita semua, serta dapat menumbuhkan gelora semangat juga kesadaran dalam diri kita untuk bangkit mewujudkan Indonesia yang berkeadilan dan sejahtera.

Terlebih untuk kita yang Muslim dan beragama Islam, mari kita tunjukan bahwa islam senantiasa terdepan dan telah membuktikan mampu memberikan perubahan terhadap kehidupan. Sejarah kebangkitan Nasional bangsa Indonesia jelas bukan didasarkan kepada kelahiran Budi Utomo, yang pro penjajah dan bersifat tidak meluas, melainkan pada kelahiran Syariakat Dagang Islam (SDI) yang jelas melawan penjajahan, bersifat nasionalis dan menjadi organisasi massa pertama yang bukan hanya menuntut tapi memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain itu, Syarekat Dagang Islam merupakan organisasi ekonomi Islam pertama yang berdasarkan pada agama islam maka kita dan siapapun yang tengah bergerak dengan organisasi Islam nya, baik yang bergerak dalam bidang politik ataupun ekonomi, teruslah bergerak dan jangan berkecil hati, lihatlah sejarah bahwa dahulu pun organisasi ini pernah berjaya dan merubah kehidupan sesama pada jalan yang lebih baik.

Serang, 20 Mei 2015 – Mujang Kurnia

 

0 Komentar